Ikan Motan; Klasifikasi, Morfologi, Habitat Dll



Ikan Motan Thynnichthys thynnoides mempunyai nama daerah yang sama dengan Thynnichthys polylepis dan Thynnichthys vailanti di Riau yakni, ikan motan (Tampubolon, 2008). Ikan ini di Jambi dikenal dengan nama daerah ikan lambak, ringan, ringau, dan ringgo, di daerah Sumatera Selatan dengan nama daerah ikan lumoh, serta di daerah Kalimantan dengan nama daerah ikan menangin (Nugroho, 1990). Ikan motan di Riau terkenal juga dengan sebutan “motan godang kapalo” artinya ikan motan memiliki kepala yang besar (Simanjuntak, Komunikasi pribadi, 2007).

KLASIFIKASI IKAN MOTAN
Klasifikasi ikan motan (T. thynnoides) menurut Kottelat et al. (1993) :
Kingdom
: Animalia
Filum
: Chordata
Subfilum
: Vertebrata
Kelas
: Pisces
Subkelas
: Teleostei
Ordo
: Cypriniformes
Subordo
: Cyprinoidea
Famili
: Cyprinidae
Subfamili
: Cyprininae
Genus
: Thynnichthys
Spesies
: Thynnichthys thynnoides

HABITAT IKAN MOTAN
Vass dalam Alamsyah (1982), menyatakan bahwa ikan ini merupakan ikan air tawar yang hidup di sungai-sungai dan perairan umum lainnya, serta merupakan ikan yang banyak terdapat di sungai-sungai Indonesia.
Selanjutnya Pulungan (1987) menyatakan bahwa ikan ini termasuk jenis ikan Cyprinid di daerah Riau yang juga mempunyai arti ekonomis penting di pasaran, tetapi tidak termasuk sebagai jenis ikan air tawar kelas satu.

FISIOLOGI IKAN MOTAN
Saluran pencernaan pada ikan dimulai dari rongga mulut (cavum oris). Di dalam rongga mulut terdapat gigi-gigi kecil yang berbentuk kerucut pada geraham bawah dan lidah pada dasar mulut yang tidak dapat digerakan serta banyak menghasilkan lendir, tetapi tidak menghasilkan ludah (enzim). Dari rongga mulut makanan masuk ke esophagus melalui faring yang terdapat di daerah sekitar insang. Esofagus berbentuk kerucut, pendek, terdapat di belakang insang, dan bila tidak dilalui makanan lumennya menyempit. Dari kerongkongan makanan di dorong masuk ke lambung, lambung pada umum-nya membesar, tidak jelas batasnya dengan usus. Pada beberapa jenis ikan, terdapat tonjolan buntu untuk memperluas bidang penyerapan makanan. Dari lambung, makanan masuk ke usus yang berupa pipa panjang berkelokkelok dan sama besarnya. Usus bermuara pada anus. saluran pencernaan mulai dari muka ke belakang, saluran pencernaan tersebut terdiri dari mulut, rongga mulut, farings, esofagus, lambung, pilorus, usus, rektum dan anus (Zaldi, 2010).

Sistem Urogenitalia ini akan nampak dengan cara mengangkat bagian-bagian pada sistem digestoria. Bagian-bagian yang nampak adalah berupa organ genital seperti gonat, sinus urogenitalis dan porus urogenitalis. System urogenitalia. Bagian ventral terdapat anus, dan lubang urogenital. Colossoma macropomum betina memiliki satu lubang urogenital, namun jantung lubangnya terpisah antara lubang geniotal dengan lubang urinnya. Terdapat siripnya bersinar/mengkilap dengan dilapisi membrane yang licin, sirip berfungsi menjaga kesetabilan ikan dan mengatur pergerakannya (Berka, 1986).

MORFOLOGI IKAN MOTAN
Morfologi Ikan Motan (T. thynnoides) menurut Taki (1974) adalah sebagai berikut, Ikan motan memiliki jumlah sisik garis rusuk sebanyak 58-60 buah. Di antara garis rusuk dan sirip punggung terdapat 13 baris sisik (Saanin, 1968). Ikan motan memiliki rumus sirip dorsal 3/8 dan rumus sirip anal 3/5. Bentuk tubuh ikan ini memanjang dan tidak terlalu pipih, kepala agak kecil dengan moncong pendek dan terletak di ujung, posisi mulut terminal, serta mata berukuran kecil. Ikan yang segar memiliki warna tubuh keperakan dengan punggung lebih gelap. Ikan ini memiliki titik hitam kecil di dekat posterior operculum.

Kottelat et al., (1993) menyatakan bahwa ikan ini memiliki 58-60 sisik pada gurat sisi, 13  sisik antara sirip punggung dan gurat sisi, 8-10,5 jari-jari bercabang pada sirip punggung, jari-jari terakhir halus dan tidak mengeras.

Djuhanda (1981) menjelaskan bahwa jenis dari ikan ini adalah ukuran panjang tubuhnya lebih besar dari pada tinggi tubuhnya,badan nya ditutupi oleh sisik cycloid dan ctenoid ,sirip ekor bercagak dua, bentuk tubuhnya bilateral simetris ,mulutnya sempit yang terletak di ujung depan depan kepala atau agak ke bawah,moncongnya dapat di tonjolkan ke depan dan mempunyai gelembung renang yang terbagi dua bagian, di mana bagian belakang lebih kecil dari pada bagian depan.

CIRI-CIRI IKAN MOTAN
Menurut Kottelat et al., (1993), Ikan motan mempunyai lipatan bibir yang kecil pada sudut rahang. Operculum mempunyai kelopak yang besar, garis rusuk lurus dan memanjang ke tengah-tengah ekor. Sirip dorsal kecil dan terletak sejajar dengan sirip ventral. Ikan motan mempunyai tidak lebih delapan ruji bercabang, tetapi tidak mempunyai sisir insang, mempunyai gelembung renang yang terdiri atas dua bagian, dan bagian belakang lebih kecil dari bagian depan.

REPRODUKSI IKAN MOTAN
Reproduksi merupakan hal yang sangat penting dari suatu siklus hidup organisme, dengan mengetahui biologi reproduksi ikan dapat memberikan keterangan yang berarti mengenai tingkat kematangan gonad, fekunditas, frekuensi dan musim pemijahan, dan ukuran ikan pertama kali matang gonad dan memijah (Nikolsky, 1963).

Tingkat kematangan gonad didasarkan atas modifikasi menurut Cassie, (1954) dalam Effendie (1992) adalah :
·        Tingkat kematangan gonad I: ovari seperti benang, panjangnya sampai ke depan rongga tubuh, warna jernih atau transparan, dan butir telur belum kelihatan.
·        Tingkat kematangan gonad II: ukuran ovari lebih besar, berwarna lebih gelap kekuning-kuningan, butir telur mulai terlihat tapi belum jelas.
·        Tingkat kematangan gonad III: ovari berwarna kuning. Secara morfologi, telur mulai diamati butirannya dengan mata.
·        Tingkat kematangan gonad IV: ovari makin besar, telur berwarna kuning, butir telur mudah dipisahkan, mengisi 50-60% rongga perut, dan usus agak terdesak.
·        Tingkat kematangan gonad V: ovari berkerut habis memijah, dinding tebal, dan butir telur sisa terdapat di dekat pelepasan. Perkembangan ovari kembali seperti pada tingkat II.

Kematangan gonad ikan adalah tahapan pada saat perkembangan gonad sebelum dan sesudah ikan memijah (Utiah, 2007). Perkembangan gonad pada ikan secara garis besarnya terdiri atas dua tahap yaitu tahap pertumbuhan dan tahap pematangan (Lagler et al., 1977). Penentuan tingkat kematangan gonad dapat dilakukan secara morfologis dan histologis. Secara morfologis, dapat dilihat dari bentuk, panjang, dan bobot, warna, dan perkembangan gonad melalui fase perkembangan gonad, pada umumnya pertambahan bobot gonad ikan betina pada saat matang gonad (tingkat kematangan gonad IV) dapat mencapai 10- 25% dari bobot tubuh ikan, dan semakin meningkat tingkat kematangan gonad, diameter telur yang ada dalam gonad akan semakin besar. (Anonimus, 2007).

PERAN IKAN MOTAN DI PERAIRAN
Ikan Motan (Thynnichthys thynnoides), dalam perairan berperan sebagai hewan herbivora atau pemakan tumbuhan. Ikan motan adalah pemakan plankton (plankton feeder) dan detritus (detritus feeder). Ikan Motan juga dikatakan sebagai competitor bagi zooplankton. (Aprilianti, 2007).

TINGKAH LAKU IKAN MOTAN
Dari sejumlah ikan motan yang telah diperiksa isi usus dan lambungnya, diketahui bahwa pakan utama ikan motan adalah makrofita (tumbuh-tumbuhan air) 49,9%. Pakan pelengkapnya terdiri atas phytoplankton 22,6% (Cholorophyceae 10,4%; Bacillariophyceae 8,1%; dan Cyanophyceae 4,1%), serta detritus (17,4%). Pakan tambahannya berupa Protozoa 0,8%; Rotifera 0,5%; dan Crustaceae 0,4% dan bagian yang tak teridentifikasi ditemukan 8,4% . Dengan demikian ikan motan dapat digolongkan ke dalam kelompok ikan herbivora atau pemakan tumbuhan. Ikan motan adalah pemakan plankton (plankton feeder) dan detritus (detritus feeder) (Aprilianti, 2007).

MANFAAT IKAN MOTAN
Di perairan rawa banjiran Sungai Kampar Kiri telah ditemukan sebanyak 86 spesies ikan, salah satunya adalah ikan motan (Thynnichthys thynnoides, Bleeker 1852). Ikan motan ini merupakan ikan asli di Sungai Kampar Kiri dan berpotensi sebagai ikan konsumsi. Di desa Kampar harga ikan motan basah sebesar Rp 20.000,00 dan harga ikan motan asap sebesar Rp 80.000,00 (Simanjuntak, Komunikasi pribadi, 2007). Kondisi ini memberi peluang bagi ikan motan sebagai ikan tangkapan utama di perairan Kampar Kiri. Penangkapan ikan motan secara berlebihan, dan tanpa memerhatikan musim tangkap, serta degradasi habitat dapat mengancam kelestarian ikan motan di alam. Hal serupa terjadi di Sungai Tonle Sap, Kamboja yang telah terjadi penurunan keragaman spesies ikan air tawar akibat penangkapan berlebihan terutama saat musim pemijahan serta perubahan rawa banjiran akibat pembalakan liar (Lim et al., 1999). Ikan marga Tor umumnya merupakan jenis yang terancam punah akibat penggundulan hutan dan penangkapan yang berlebihan (Kottelat et al., 1993; Haryono, 2006). Kondisi perairan Sungai Kampar semakin menurun akibat masuknya bahan pencemar hasil kegiatan industri di sepanjang aliran sungai yakni PT. RAPP (Riau Andalan Pulp Paper) sejenis pabrik kertas (Erlangga, 2007). Hal ini dikhawatirkan dapat 2 mengancam kelestarian ikhtiofauna di rawa banjiran Kampar Kiri, terutama jenis ikan motan.

PENULIS
Inggrit Dwi Pratiwi
FPIK Universitas Brawijaya Angkatan 2015

EDITOR
Gery Purnomo Aji Sutrisno
FPIK Universitas Brawijaya Angkatan 2015

DAFTAR PUSTAKA
Anonimus. 2010. Colossoma Macropomum (Cuvier, 1816). Http://Fishbase.Org/Summary/Speciessummary.Php?Id= 263&Genusname=Colossoma&Speciesname=Macropom Um&Lang=English Download 12 Maret 2010.
Aprilianti, R. 2007. Hubungan Kelimpahan Fitoplankton Dengan Jumlah Ikan Motan (Thynnichthys Polylepis) Di Waduk Pembangkit Listrik Tenaga Air Kotopanjang. Skripsi. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan. Universitas Riau. Pekanbaru. (Tidak Dipublikasikan). 55 Pp. Aquaculture-Unri.Blogspot.Co.Id/2009/05/Literatur-Perikanan.Html
Aristi, Dian. Et Al. 2007. Penggunaan Umpan. Http://Umpanpalsupiranti.Blogspot.Com. Diakses Pada Tanggal 6 Oktober 2013.
Berka R. 1986.,The Transport Of Live Fish.A Review. Eifac Tech. Pap.Fao
Djuhanda, T. 1981. Dunia Ikan. Armico Bandung. 190 Halaman.
Dwi, 2011. Linea Lateralis. Http://Dwiciplux.Wordpress.Com/ Diakses Tanggal 24 April 2011, Pukul 19.15 Wib
Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Bagi Pengolahan Sumber Daya Dan Lingkungan Perairan. Yogyakarta.Kanisius
Effendie, M. I. 1992. Metoda Biologi Perikanan. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan. Bagian Ichtiology. Institut Pertanian Bogor. 112 Pp
Effendie, M. I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Utama.Yogyakarta
Enmygolan.Blogspot.Co.Id/2009/03/Deskripsi-Dan-Klasifikasi-Ikan.Html
Fpik, 2011. Bentuk Gigi. Http://Fpik.Bunghatta.Ac.Id/Request.Php?70 Diakses Tanggal 24 April 2011, Pukul 19.15 Wib.
Julian, P. 2012 (Online). Food Borne Diseases.
Kottelat, M, Aj Whitten, Sn Kartikasari, S Wirjoatmodjo. 1993. Freshwater Fishes Of Western Indonesia And Sulawesi: Ikan Air Tawar Indonesia Bagian Barat Dan Sulawesi. Jakarta: Periplus Editions (Hk) Ltd. 
Kottelat, M., S. N. Kartikasari, A. J. Whitten, & S. Wirjoatmodjo. 1993. Freshwater Fishes Of Western Indonesia And Sulawesi. Ed. Dua Bahasa. Periplus Editions Limited. 67 Pp.
Lagler, K. F., J. E. Bardach, R. R. Miller, & D. R. M. Passino. 1977. Ichthyology. 2nd Ed. New York. John Wiley & Sons.
Manggau, M., Wahyuddin, E., Mufidah., Lindequist, U.
Matakuliahbiologi.Blogspot.Com/2012/04/Food-Borne-Diseases.Html (Online). Diakses Pada Tanggal 27 Juni 2012.
Nikolsky, G. V. 1963. The Ecology Of Fishes. Academic Press. 325 Pp.
Purbayanto Dkk,. 2010. Fisiologi Dan Tingkah Laku Ikan Pada Perikanan Tangkap. Pt Penerbit Ipb Press. Bogor
Rahayu, E. L. 2009. Makanan Ikan Motan (Thynnichthys Thynnoides, Bleeker 1852) Di Perairan Rawa Banjiran Sungai Kampar Kiri Riau Ipb, Fakultas Perikanan, Bogor
Santoso, B. 2005. Budidaya Ikan Di Bawal. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sibarani, T. Putri. 2009. Analsis Pengaruh Debt To Total Assets Ratio Dan Debt To Equity Ratio Terhadap Earning Per Share Pada Perusahaan Sektor Properti Dan Sektor Manufaktur Yang Go Public Di Bei.
Taki, Y. 1974. Fishes Of The Lao Mekong Basin. Washington D. C. U. S. Agency For International Development Agriculture Division. 
Zaldi, 2010., Sistem Pencernaan,Ipb, Fakultas Perikanan, Bogor

Post a Comment for "Ikan Motan; Klasifikasi, Morfologi, Habitat Dll"