Teripang Atau Timun Laut; Klasifikasi, Morfologi, Habitat Dll


Gambar Teripang atau Timun Laut. (Handayani et al., 2017).

Teripang atau yang lebih dikenal dengan ketimun laut merupakan salah satu organisme dari filum Echinodermata kelas Holothuroidea. Teripang (Holothuroidea) dapat ditemukan atau dijumpai diseluruh perairan pantai, mulai dari daerah pasang surut yang dangkal sampai perairan yang lebih dalam untuk hidupnya, teripang lebih menyukai perairan bebas dari pencemar,dan airnya relatif tenang. Pada umumnya masing-masing jenis memiliki habitat yang spesifik misalnya, teripang putih (Holothuria scabra) banyak terdapat di perairan yang ditumbuhi lamun (sea grass), sedangkan teripang koro (Muelleria leconoro) dan teripang pasir banyak ditemukan di perairan yang lebih dalam (Martoyo et al., 2007). Habitat utama teripang adalah pada lamun dan karang. Penyebaran teripang di Indonesia sangat luas antara lain; perairan pantai Madura, JawaTimur, Bali, Sumba, Lombok, Aceh, Bengkulu, Bangka, Riau dan sekitarnya, Belitung, Kalimantan (bagian barat, timur dan selatan), Sulawesi, Maluku, Papua dan Kepulauan Seribu (Martoyo et al., 2007). Dalam (Handayani et al., 2017).

Teripang merupakan sekelompok biota laut yang kehadirannya tidak menarik perhatian, baik dari kalangan yang seharusnya memberikan perhatian (concerned) terhadap kekayaan jenis biota (biodiversity) dan pelestarian alam, apalagi masyarakat awam. Kekayaan jenis teripang secara keseluruhan mungkin belum terungkap. Sementara itu beberapa jenis teripang yang komersil telah mengalami tekanan eksploitasi. Beberapa jenis teripang merupakan komoditi perikanan yang diperdagangkan secara internasional. Pada saat ini perburuan teripang tidak saja pada jenisjenis yang berharga mahal, tapi juga terhadap jenis-jenis yang murah yang pada awalnya tidak menjadi perhatian. Tekanan eksploitasi terhadap jenis-jenis teripang tersebut telah menyebabkan populasi alaminya sangat menurun. Hal ini bisa menjadi masalah yang dilematis, karena tidak ada usaha pengelolaan dan pelestariannya. Bila terjadi kepunahan suatu jenis teripang, berarti kehilangan plasma nutfah yang sangat mungkin belum dimanfaatkan (Darsono, 2007).

Dalam dekade terakhir ini teripang mendapat perhatian yang lebih serius secara internasional dengan terbitnya buletin Bechede-mer sejak tahun 1990. Media ini semestinya menggugah perhatian kita bahwa ada suatu sumberdaya laut yaitu teripang, yang kita miliki di perairan Indonesia, tetapi selama ini terkesampingkan tidak mendapat perhatian secara proposional. Sementara itu telah berkembang wacana internasional untuk melarang/membatasi eksploitasi teripang, dan memasukkan teripang dalam daftar Appendik II CITES (Convention on Trade of Endanger Species) (Darsono, 2007).

Teripang adalah kelompok hewan invertebrata laut dari kelas Holothurioidea (Filum Ekhinodermata), dibedakan dalam enam bangsa (ordo) yaitu Dendrochirotida, Aspidochirotida, Dactylochirotida, Apodida, Molpadida, dan Elasipoda. Kekayaan jenis teripang diperkirakan tidak kurang dari 1.200 jenis (BAKUS, 1973) terutama tersebar di perairan dangkal tropika. Jenis-jenis teripang komersial, khususnya dari daerah tropika, termasuk dalam bangsa Aspidochirotida dari suku Holothuriidae dan Stichopodidae, meliputi marga Holothuria, Actinopyga, Bohadschia, Thelenota dan Stichopus.Diberikan 29 jenis teripang yang saat ini menjadi komoditi perdagangan dan lokasi asal pengumpulannya. secara global (Bruckner et al., 2003). Diantara jenisjenis tersebut banyak yang terdapat di perairan Indonesia seperti diidentifikasikan oleh Darsono (1995). Dalam (Darsono, 2007).

JENIS TERIPANG ATAU TIMUN LAUT

Gambar Jenis Teripang yang Diperdagangkan Internasional (Bruckner et al., 2003). Dalam (Darsono, 2007).

Gambar Jenis Teripang yang Banyak ditemukan di Indonesia (Bruckner et al., 2003). Dalam (Darsono, 2007).

KLASIFIKASI TERIPANG ATAU TIMUN LAUT
Kingdom : Animalia
Phylum : Echinodermata
Class : Holothuroidea
Order : Dendrochirotida
Family : Cucumariidae
Genus : Cucumaria
Species : Cucumaria frondosa
Nama Lokal : Teripang atau Timun Laut

MORFOLOGI TERIPANG ATAU TIMUN LAUT
Teripang memiliki tubuh yang lunak dan elastis dengan bentuk yang bervariasi, seperti membulat, silindris, segi empat atau bulat memanjang seperti ular. Mulut terletak di anterior sedangkan anu terletak diujung posterior. Panjang tubuh bervariasi menurut jenis dan umur, berkisar antara 3cm sampai 150cm. Bentuk tubuh teripang merupakan ciri taksonomiknya pada tingkat bangsa (ordo) dan suku (family), khususnya untuk suku-suku dari bangsa Aspidochirotida.

Teripang pada umumnya mempunyai warna kulit yang kusam, seperti abu-abu, coklat, hijau lurnut, atau hitam. Sisi Ventral dari teripang biasanya berwarna lebih cerah dari pada sisi dorsal, seperti putih, kuning, merah muda atau merah. Beberapa jenis teripang memiliki kulit dengan pola bercak-bercak atau garis-garis teripang memiliki lima daerah “ambulakra” yang memanjang secara oral-aboral. Tiga daerah ambulakra berada disisi ventral, sedangkan dua lainnya disisi dorsal. Masing-masing sisi “trivium” dan “bivium”. Kaki tabung disisi ventral lebih banyak, lebih besar, dan memiliki penghisap pada ujungnya, sedangkan kaki tabuh disisi dorsal termodifikasi sebagai papula yang lebih sedikit dan lebih kecil. Ada tidaknya kaki tabuh juga merupakan salah satu dasar klasifikasi teripang pada tingkat bangsa. Pada sekeliling mulut teripang, kaki tabung termodifikasi sebagai tentakel. Jumlah tentakel bervariasi dari 10 sampai 30, biasanya merupakan kelipatan lima. Panjang tentakel pada setiap individu umumnya sama. Bentuk tentakel teripang bermacam-macam, seperti bentuk perisai (peltate), bentuk dendrit (dendritic), bentuk menyirip (pinnate) maupun bentuk menjari (digitate) dan bentuk perisai menjari (peltato-digitate). Jumlah dan bentuk tentakel merupakan ciri taksonomilk dalam klasifikasi teripang pada tingkat bangsa dan suku.

CIRI-CIRI TERIPANG ATAU TIMUN LAUT
Teripang (Holothurioidea, Echinodermata) merupakan salah satu kelompok biota laut yang spesifik dan mudah dikenal. Bentuk tubuh teripang secara umum adalah silindris, memanjang dari ujung mulut ke arah anus (orally-aborally). Mulut terletak di ujung bagian depan (anterior), dan anus di ujung bagian belakang (posterior). Seperti pada Ekhinodermata umumnya, tubuh teripang adalah berbentuk simetri lima belahan menjari (pentamerous radial symmetry) dengan sumbu aksis mendatar (horizontal). Namun bentuk simetri tersebut termodifikasi oleh lempeng tegak (dorsoventral plane) sehingga nampak sebagai belahan simetri (bilateral symmetry). Seperti halnya Ekhinodermata lain, selain radial simetri tersebut, karakteristik lain adalah adanya bentuk skeleton dan sistem saluran air (water-vascular system). Skeleton pada teripang termodifikasi dalam bentuk spikula yang mikroskopis dan tersebar dalam seluruh dinding tubuh. Bentuk spikula tersebut sangat penting dalam identifikasi jenis teripang (Darsono, 2007).

HABITAT TERIPANG ATAU TIMUN LAT
Habitat Teripang atau Timun Laut yang terdiri dari substrat berpasir, pasir dengan lamun, pecahan karang dan karang serta kualitas perairan seperti salinitas, pH, suhu, kecerahan yang masih stabil sehingga sangat mendukung kehidupan teripang. Hal sesuai dengan pernyataan Bakus (1973) bahwa teripang adalah organisme yang menempati substrat berpasir, bersifat deposit feeder yaitu pemakan apa saja yang terdapat di dasar perairan seperti detritus, partikel pasir, hancuran karang, diatom, filamen alga biru, alga merah, serpihan bulu babi, copepoda, telur ikan, dan beberapa mikroorganisme lain. (Handayani et al., 2017).

Habitat utama teripang yaitu karang dan lamun. Habitat ini berfungsi sebagai pelindung dan perangkap makanan bagi teripang. Di daerah karang dan padang lamun merupakan habitat yang banyak banyak ditempati oleh teripang untuk melindungi diri dari sinar matahari karena hewan ini sangat peka terhadap sinar matahari (Sabariah et al., 2011). Dalam (Handayani et al., 2017).

Selanjutnya Aziz (2005) menyatakan bahwa teripang suku Holothuriidae dan Stichopodidae dapat beradaptasi dan menempati segala macam tipe dasar (substrat), seperti lumpur, lumpur pasiran, pasir, pasir lumpuran, kerikil, pantai berbatu, karang mati, pecahan karang (rubbles), dan bongkahan karang (boulders). Menurut Martoyo et al. (2007) bahwa suhu yang baik bagi pertumbuhan teripangyaitu pada kisaran suhu air antara 24-30 °C, kadar garam 28-32 ppt, pH air 6,5-8,5, oksigen terlarut 4-8 ppm dan kecepatan arus 0,3-0,5 m/detik dan kecerahan 50-150 cm. Teripang umumnya lebih menyukai perairan yang jernih, dasar perairan berpasir halus atau pasir bercampur lumpur dengan tumbuhan yang dapat melindungi secara tidak langsung dari panas matahari seperti lamun dan rumput laut (Enhalus, Thalasia, Laminaria) (Aziz 1999; Hartati et al., 2002; Purwati et al.,2008). Dalam (Handayani et al., 2017).

REPRODUKSI TERIPANG ATAU TIMUN LAUT
Secara umum Teripang adalah Dioecius, yaitu alam kelamin jantan dan betina terdapat pada individu yang berbeda. Namun adapula beberapa spesies hermaprodith, seperti : Cucumaria laevigata dari ordo Dendrocirotida dan Mesothuria intestinalis dari ordo Aspidocirotida. Secara visual kedua jenis kelamin ini tidak dapat dibedakan, kecuali pada jenis teripang tertentu yang berkelamin betina mengeluarkan telurnya. Perbedaan ini akan terlihat jelas apabila diamati dengan bantuan mikroskop dengan cara menyayat bagian orga kelamin jantan dan betina. Organ kelamin betia berwarna kekuning-kuningan dan bila kelaminnya sudah matang berubah menjadi kecoklat-coklatan, sedangkan organ jangan berwarna bening keputihan. Beberapa spesies dari ordo Dendrocirota adalah hermaprodith.

Holothuroidea berbeda dengan kebanyakan Echinodermata, karena Holothuroidea mempunyai tunggal Gonad teripang jenis microthele nobilis dan thelenota ananas betina pada stadium kematangan gonad I dan II terdiri dari sel-sel germinal berbentuk bulat dengan diameter kurang dari 30µm. Pada stadium selanjutnya sel telur pada teripang betina dan sel sperma pada teripang jantan diameternya berkembang mengikuti perkembangan TKG nya.

Waktu reproduksi ditentukan oleh kemampuan organisme dewasa dalam mendapatkan makanan yang selanjutnya akan diubah dalam bentuk energy untuk melakukan reproduksi. Teripang pada umumnya berkembang biak pada perairan disekitar lingkungan hidupnya. Spesies yang hidup di perairan tropis tidak mempunyai waktu tertentu untuk musim berkembang biaknya sepanjang tahun. Diduga siklus reproduksi tersebut dipengaruhi oleh factor luar diantaranya, suhu, salinitas, kelimpahan makanan, serta intensitas cahaya matahari. Selain itu perubahan salinitas karena masuknya air bersih sewaktu musih hujan berlangsung dapat menyebabkan pemijahan pada teripang pasir dan organisme laut tropis lainnya.

Teripang berkembang biak biasanya dilakukan pada siang atau malam hari. Proses berkembang biaknya teripang berlangsung sebagai berikut : (1) Teripang jantan mengeluarkan spermanya ke air, (2) Lalu teripang betina mengeluarkan telur dibantu oleh rangsangan pheromone, (3) Sperma teripang jantan akan membuahi sel telur di luar tubuh (di dalam air), (4) Kemudian telur yang sudah dibuahi akan tenggelam dan diangkat kembali oleh teripang betina dengan tentakelnya lalu dimasukkan ke dalam kantung pengeraman, (5) Rata-rata pemijahan teripang berlangsung selama 30 menit, (6) Walaupun ada juga yang berlangsung antara 15 menit hingga 4 jam dan pembuahan terjadi di dalam air, (7) Setelah pembuahan telur akan tenggelam di dasar perairan atau melayang di permukaan air.

Secara umum telur yang dibuahi setelah kira-kira 18jam akan menjadi gastrula. Selanjutnya selama 3 sampai 4 hari larva ini akan menjadi larva auricularia akan menjadi larva doriolaria yang berbentuk tabung. Setelah mengalami proses metamorfosa, larva ini akan berkembang menjadi larva pentacula. Pada tahap ini mulai tampak sejumlah tentakel pada bagian anterior dan sepasang podia pada bagian posterior yang pada akhirna menjadi teripang muda yang mentap pada dasar laut.

FISIOLOGI TERIPANG ATAU TIMUN LAUT
Echinodermata merupakan hewan yang memiliki habitat di laut, serta tubuhnya memiliki simetri radial. Hewan ini sudah memiliki sistem pencernaan yang sempurna di mana mulut sebagai jalan masuknya makanan berada di bagian bawah dan anus sebagai jalan keluarnya sisa pencernaan berada di sebelah atas. Sistem gerak dengan menggunakan kaki ambulakral, selain itu kaki juga digunakan untuk menangkap mangsa. Secara umum Echinodermata memiliki 5 lengan, hewan ini memiliki kemampuan autotomi, yaitu kemampuan untuk membentuk kembali organ tubuhnya yang terputus. Seperti halnya dengan hewan akuatik yang lain, Echinodermata juga bernapas dengan insang. Sistem saraf berupa cincin saraf yang mengelilingi mulut, lalu bercabang 5 menuju masing-masing lengan yang dimiliki. Mekanisme gerak melalui sistem kaki ambulakral adalah sebagai berikut: air masuk melalui madreporit kemudian turun ke saluran cincin lalu masuk ke dalam saluran radial, setelah itu air masuk ke kaki-kaki tabung, air disemprotkan sehingga dalam kaki tabung muncul tekanan hidrolik dari air dan akhirnya kaki tabung menjulur ke luar, akibatnya ampula melekat pada benda lain sehingga bisa berpindah tempat.

TINGKAH LAKU TERIPANG ATAU TIMUN LAUT
Berkurangnya populasi teripang secara cepat menimbulkan konsekuensi bagi kelangsungan hidup berbagai jenis biota lain yang merupakan bagian dari kompleksitas lingkar pangan (food web) yang sama. Teripang dalam lingkar pangan ini berperan sebagai penyumbang pakan berupa telur, larva dan juwana teripang, bagi organisma laut lain seperti berbagai krustasea, moluska maupun ikan. Teripang mencerna sejumlah besar sedimen, yang memungkinkan terjadinya oksigenisasi lapisan atas sedimen. Tingkah laku teripang yang “mengaduk” dasar perairan dalam cara mendapatkan pakannya, membantu menyuburkan substrat disekitarnya. Keadaan ini mirip seperti dilakukan cacing tanah di darat. Proses tersebut mencegah terjadinya penumpukan busukan benda organik dan sangat mungkin membantu mengontrol populasi hama dan organisma patogen termasuk bakteri tertentu. Tangkap lebih teripang bisa berakibat terjadinya pengerasan dasar laut, sehingga tidak cocok sebagai habitat bagi bentos lain dan organisma meliang (infaunal organism).

MANFAAT TERIPANG ATAU TIMUN LAUT
Teripang memiliki peran yang sangat penting baik secara ekonomi maupun ekologi. Secara ekonomi teripang dijadikan sebagai sumber makanan dan bahan dalam pembuatan kosmetika serta obat berbagai penyakit. Secara ekologi teripang berperan sebagai (Bioturbation) yaitu proses perubahan dari sedimen menjadi bentuk lain (feses) oleh hewan atau tumbuhan. Peran biologi teripang dialam/ habitatnya yaitu berupa pergerakan, pembenaman diri (Burrowing), maupun melalui kebiasaan makan biota. Selanjutnya dikatakan bahwa pengolahan sedimen dalam studi tentang teripang (Holothuridea), dikenal istilah sediment reworking (pengolahan sedimen) untuk menjelaskan peran biologi teripang melalui saluran pencernaan (Bonham & Held, 1963; Bakus, 1973; Cadee, 1998; Uthicke, 1999). Dalam (Handayani et al., 2017).

Pemanfaatan teripang oleh masyarakat kampung Kapisawar adalah sebagai bahan makan, namun sebagian besar hasil tangkapan teripang banyak yang dijual kepada para tengkulak/penadah. Semakin tingginya permintaan teripang di pasaran mendorong masyarakat melakukan penangkapan secara terus menerus, sehingga dikhawatirkan dapat mengancam keberadaanya di alam. Ancaman utama terhadap keberadaan teripang di perairan adalah terjadinya tangkap lebih (over exploitation) akibat meningkatnya permintaan pasar dan penggunaan teripang sebagai bahan makanan maupun riset biomedis. Dalam (Handayani et al., 2017).

Teripang yang ditemukan di perairan kampung Kapisawar sebagian besar merupakan jenis teripang dalam kategori ekonomis tinggi yang banyak ditangkap untuk diperdagangkan maupun dikonsumsi sendiri oleh nelayan. Kecuali jenis teripang S. maculata dan O. grisea yang termasuk jenis non ekonomis sehingga tidak/belum dimanfaatkan, serta dikarenakan masyarakat tidak mengetahui bahwa jenis tersebut termasuk teripang. Menurut Yusron (2007), jenis teripang yang termasuk ke dalam kategori utama adalah teripang pasir (H. scabra), teripang perut hitam (H. atra), teripang susuan (H. nobilis), teripang perut merah (H. edulis) dan teripang nanas (T. ananas), sedangkan yang termasuk ke dalam kategori bernilai ekonomi sedang adalah teripang lotong (A. lecanopra) dan teripang bilalo (A. mauritiana) yang termasuk kedalam marga Actinopyga, jenis-jenis lainnya termasuk kedalam kategori ekonomi rendah. Dalam (Handayani et al., 2017).

PERAN TERIPANG ATAU TIMUN LAUT DI PERAIRAN
Berbagai jenis teripang yang menjadi target perikanan (fishing) meliputi berbagai ukuran mulai dari beberapa cm sampai berukuran panjang hampir satu meter. Di Indonesia, teripang target terdiri atas banyak jenis (multi species), dan beragam harga pasarnya. Teripang adalah hewan bentik yang bergerak lambat, hidup pada dasar substrat pasir, lumpur pasiran maupun dalam lingkungan terumbu. Teripang merupakan komponen penting dalam rantai pakan (food chain) di terumbu karang dan ekosistem asosiasinya pada berbagai tingkat struktur pakan (trophic levels). Teripang berperan penting sebagai pemakan deposit (deposite feeder) dan pemakan suspensi (suspension feeder). Di wilayah Indo-Pasifik, pada daerah terumbu yang tidak mengalami tekanan eksploitasi, kepadatan teripang bisa lebih dari 35 ekor per m2, dimana setiap individunya bisa memproses 80 gram berat kering sedimen setiap harinya.

FAKTOR PERTUMBUHAN TERIPANG ATAU TIMUN LAUT
Faktor pertumbuhan teripang yaitu: (1) Tempat terlindung, bagi budidaya teripang diperlukan tempat yang cukup terlindung dari guncangan angin dan ombak. (2) Kondisi dasar perairan, dasar perairan hendaknya berpasir, atau pasir berlumpur bercampur dengan pecahan-pecahan karang dan banyak terdapat tanaman air semacam rumput laut atau alang-alang laut, (3) Salinitas, dengan kemampuan yang terbatas dalam pengaturan esmatik, teripang tidak dapat bertahan terhadap perubahah drastis atas salinitas (kadar garam). Salinitas yang cocok adalah antara 30 – 33 ppt. (4) Kedalaman air, di alam bebas teripang hidup pada kedalaman yang berbeda-beda menurut besarnya. Teripang muda tersebar di daerah pasang surut, setelah tambah besar pindah ke perairan yang dalam. Lokasi yang cocok bagi budidaya sebalknya pada kedalaman air laut 0,40 sampai 1,50 m pada air surut terendah. (5) Kondisi lingkungan, perairan sebaiknya harus memenuhi standard kualitas air laut yang baik bagi kehidupan teripang seperti; pH 6,5 – 8,5, Kecerahan air laut 50 cm, Kadar oksigen terlarut 4 – 8 ppm, Suhu air laut 20 – 25° Celcius, Disamping itu, lokasi harus bebas dari pencemaran seperti bahan organik, logam, minyak dan bahan-bahan beracun lainnya.

PENULIS
Alma’as Qonita M
FPIK Universitas Brawijaya Angkatan 2015

EDITOR
Gery Purnomo Aji Sutrisno
FPIK Universitas Brawijaya Angkatan 2015

DAFTAR PUSTAKA
Darsono, P. 2007. Teripang (Holothuroidea) : Kekayaan Alam Dalam Keragaman Biota Laut. Oseana, Volume Xxxii, Nomor 2, Tahun 2007 : 1 - 10
Handayani, T., V. Sabariah., Dan R. R. Hambuako. 2017. Komposisi Spesies Teripang (Holothuroidea) Di Perairan Kampung Kapisawar Distrik Meos Manswar Kabupaten Raja Ampat. Jurnal Perikanan Universitas Gadjah Mada 19 (1): 45-51
http://agusrinal.blogspot.co.id/
http://teripangemas.com/morfologi-dari-teripang/
http://www.academia.edu/8378206/Hewan_Animalia_Ciri_dan_Klasifikasi_Echinodermata
http://www.marinespecies.org/
https://id.scribd.com/doc/60502301/KUL-2-TERIPANG-Holothuroidea
https://id.wikipedia.org
https://izetmutaqien.wordpress.com/2014/10/28/echinodermata/
https://izetmutaqien.wordpress.com/2014/10/28/echinodermata/
https://www.googleimage.co.id
www.biologimu.com
www.coremap.or.id
www.materibiologi.com/ciri-ciri-kelas-ophiuroidea-contoh-ophiuroidea/

Post a Comment for "Teripang Atau Timun Laut; Klasifikasi, Morfologi, Habitat Dll"