Anggur Laut (Caulerpa sp.); Konstruksi Kolam, Biosecurity, Sarana dan Prasarana, Manajemen Hama dan Penyakit

 


Konstruksi Kolam Anggur Laut (Caulerpa sp.)

Budidaya anggur laut Caulerpa racemosa ­dibudidayakan di perairan yang tenang dan jernih serta membutuhkan susbtrat untuk tempat melekatnya akar. Bibit Caulerpa racemosa ditempatkan dalam anyaman bambu berukuran 50x50 cm berada di atas permukaan air dengan ketinggian air dari dasar bak adalah 60 cm. Air yang digunakan adalah air yang bersirkulasi serta diberikan pupuk NPK secara berkala. Bak yang digunakan adalah bak beton dengan ukuran 3 X 2 meter dengan ketinggian 1,5 m. Aerasi diberikan pada masing-masing bak sebagai suplai oksigen. Setiap bak diberikan dua selang aerasi lengkap dengan batu aerasinya. Kemudian semua selang dalam masing-masing bak penelitian dihubungkan dengan aerator (Yudasmara, 2014).

 

Budidaya anggur laut Caulerpa sp. Pada umumnya dibudidayakan di kolam/tambak berslinitas tinggi. Sistem kolam/tambak ini menggunakan teknologi sederhana dengan biaya rendah. Penambahan air dan pembuangannya didasarkan pada pola pasang surut air dan tidak menggunakan pompa. Alga ini dibudidayakan pada kedalaman 50 cm. Profitabilitas budidaya caulerpa setara dengan budidaya udang (Perrymana, 2017).

 

Biosecurity Anggur Laut (Caulerpa sp.)

Menurut Soon, et al. (2015), dalam kegiatan budidaya pada komoditas perikanan baik itu ikan,udang, alga laut dan sebagainya, prinsip dasar kesehatan organisme yaitu dengan menerapkan tindakan pencegahan. Pencegahan yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi serangan hama dan penyakit antara lain adalah dengan menerapkan sistem biosecurity. Penerapan biosecurity dilakukan dengan cara menempatkan cuci kaki  (foot bath) pada setiap pintu masuk ruang pemeliharaan bibit atau benih mulai dari pembenihan sampai sebelum pembesaran. Adapula tempat cuci tangan (hand wash). Setiap pembudidaya atau staff yang ada di area budidaya harus mendesinfektan tangan dan kaki pada wadah yang disediakan.

 

Menurut Karreman, et al. (2015), setiap staff pada lokasi budidaya harus menggunakan peralatan serta harus tetap menjaga tubuh dari patogen yang mengancam organisme yang dibudidayakan. Staff juga menggunakan alas kaki yang sudah disediakan pada lokasi hatchery. Pada hatchery disediakan bak pencuci kaki (foot wash) yang mengandung larutan kalium peroksimonosulfat. Bak tersebut terletak di pintu masuk area hatchery. Bak pencuci kaki tersebut berguna untuk menjaga kaki kita agar tetap hygiene saat berada di area hatchery.

 

Sarana dan Prasarana Anggur Laut (Caulerpa sp)

Menurut Radiarta, et al. (2016), anggur laut (Caulerpa sp.) adalah termasuk rumput laut. Dalam sarana dan prasarana budidaya, keberadaan gudang penyimpanan menjadi sangat penting karena saat ini kapasitas produksi semakin meningkat, namun transaksi jual beli menurun akibat menurunnya harga jual rumput laut. Gudang-gudang penyimpanan rumput laut memiliki kapasitas yang beragam. Gudang rumput laut skala kecil berkapasitas 10 – 50 ton biasanya dimiliki oleh suatu kelompok pembudidaya, sedangkan gudang skala besar yang dapat menampung lebih dari 500 ton rumput laut biasanya dimiliki oleh para pengumpul dari perusahaan ekspor.

 

Menurut Hasnawi, et al. (2013), anggur laut (Caulerpa sp.) merupakan jenis rumput lau yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Dalam budidayanya, fasilitas penunjang yang sudah tersedia di lokasi budidaya diantaranya: listrik, pengisian bahan bakar minyak, dan pasar lokal. Dukungan sosial dan infrastruktur yang meliputi kawasan pemukiman dan muara sungai merupakan faktor yang dapat memengaruhi kelangsungan budidaya rumput laut di lokasi budidaya. Terdapatnya daerah pemukiman akan mendukung kegiatan budidaya laut dalam hal penyediaan tenaga kerja dan pengawasan lahan budidaya tersebar pemukiman yang sangat dekat dari pantai, hal ini dapat menunjang kegiatan budidaya rumput laut. Sebaliknya dengan adanya muara sungai akan berpengaruh terhadap pertumbuhan rumput laut yang dibudidayakan.

 

Menurut Fajariyah dan Santoso (2015), anggur laut (Caulerpa sp.) merupakan jenis rumput lau yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Untuk kelangsungan budidaya anggur laut perlu disiapkan sarana dan prasarana yang menunjang. Untuk pengadaan sarana dan prasarana budidaya anggur laut perlu adanya biaya tetap. Biaya tetap dalam hal ini adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh pembudidaya rumput laut pada proses awal melakukan budidaya. Biaya ini dibutuhkan sebagai  pengadaan fasilitas. Fasilitas untuk budidaya dapat berupa bambu, tali, obat-obatan rumput laut, pembelian bibit, pupuk dan kapur, peralatan panen, dan lain-lain.

 

Manajemen Hama dan Penyakit Anggur Laut (Caulerpa sp)

Caulerpa sp merupakan salah satu genus alga laut dari family Caulerpaceae dam termasuk spesies dari Kelas Chlorophyceae. Ketika masa reproduksi Caulerpa sp. akan mengeluarkan substansi berwarna putih seperti susus dan kemudian akan mati dalam satu atau dua hari, tetapi sebelum mati Caulerpa akan kehilangan warnanya  dan kemudian hancur. Kondisi inilah yang menimbulkan permasalahan oleh para pembudidaya rumput laut ini. Bagian yang biasa terkena penyakit yaitu bagian talus yang akan memutih berlendir, mudah putus dan akhirnya mati. Hal ini merupakan tanda tanda adanya penyakit ice-ice yang disebabkan karena terjadinya perubahan kondisi lingkungan yang tidak sesuai untuk pertumbuhan dan menyebabkan penurunan daya tahan tanaman (Ydasmara, 2014).

 

Caulerpa lentillifera juga merupakan spesies rumput laut yang diperkenalkan dari Jepang pada tahun 2007. Spesies ini memiliki nilai harga yang tinggi namun kualitas produksinya mulai menurun yang disebabkan serangan penyakit. Penyakit yang biasa menyerang Caulerpa lentillifera adalah ice ice disease. Penyakit ini umumnya disebabkan oleh lingkungan yang kurang baik. Selain itu beberapa jamur laut juga menyebabkan penyakit pada ganggang ini.  Penyakit ini dapat diobati dengan menggunakan bahan-bahan seperti yodium, formalin, cairan My Hao (sabun cuci piring) dan KMnO4.

 

Publisher

Gery Purnomo Aji Sutrisno, S.Pi

 

Daftar Pustaka

Fajariyah, N dan E. B. Santoso. 2015. Penentuan klaster pengembangan ekonomi lokal berbasis rumput laut di Pulau Poteran, Kabupaten Sumenep. Jurnal Teknik ITS. 4 (2): 70-75.

Hasnawi, Makmur, M. Paena dan A. Mustafa. 2013. Analisis kesesuaian lahan budidaya rumput laut (Kappaphycus alvarezii) di Kabupaten Parigi Moutong Provinsi Sulawesi Tengah. J. Ris. Akuakultur. 8(3): 493-505.

Karreman, G., K. Klotins, J. Bebak, L. Gustafson, A. Osborn, M. J. Kebus, P. Innes and A. Tiwari. 2015. Aquatic Animal Biosecurity: A Case Study of Bioexclusion of Viral Hemorrhagic Septicemia Virus in an Atlantic Salmon Hatchery. Journal of Applied Aquaculture. 27:299–317.

Perrymana, S.E., I. Lapong, A. Mustafac, R. Sabangc and M. A. Rimmer. 2017. Potential of metal contamination to affect the food safety of seaweed (Caulerpa spp.) cultured in coastal ponds in Sulawesi, Indonesia. Aquaculture Reports. 5; 27–33.

Radiarta, I. N., Erlania, J. Haryadi dan A. Rosdiana. 2016. Analisis pengembangan budidaya rumput laut di Pulau Sebatik, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara. Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia. 8(1):29-40.

Soon, J. M. B. P. Schulbach and R. N. Baines. 2015. Have you disinfected your boots?           A       case study of food safety and biosecurity practices of a Salmon Farm in Chile.      Journal of Applied Aquaculture. 27(3):228-248.

Tuyet, N. T., P. T. Giang, T. N. Chien and T. V. Toan. 2015. Common seaweed diseases and treatment methods in Khanh Hoa Province, Vietnam. Journal of Fisheries Science and Technology. 3: 100-106.

Yudasmara, G. A. 2014. Budidaya anggur laut (Caulerpa racemosa) melalui media tanam rigid quadrant nets berbahan bambu. Jurnal sains dan teknologi. 3(2); 469-473.

Yudasmara, G. A. 2014. Budidaya anggur laut (Caulerpa racemosa) melalui media tanam Rigid Quadran Nets berbahan bambu. Jurnal Sains dan Teknologi. 3 (2): 468-473.

Post a Comment for "Anggur Laut (Caulerpa sp.); Konstruksi Kolam, Biosecurity, Sarana dan Prasarana, Manajemen Hama dan Penyakit"